Media silaturahim informasi komunikasi kreasi sosialisasi dokumentasi dan publikasi civitas sekolah terpadu SMP SMA dan SMK Pembangunan Karangmojo Gunungkidul

17 Jun 2012

Problem Guru dalam Pembelajaran

Masalah apakah yang paling sering dihadapi guru di dalam memberikan pelajaran? Jawabannya memang beragam, tetapi yang terbanyak adalah betapa seringkali materi pelajaran yang disampaikan kurang diserap oleh murid, bahkan tidak jarang guru merasa hampir putus asa ketika mengetahui muridnya sebagian besar kurang menyerap informasi sesuai dengan harapan, padahal sudah menggunakan metode yang sudah diajarkan dalam ilmu kependidikan.

Dalam terminologi NLP, cara berkomunikasi manusia dalam menyerap informasi pada dasarnya melalui lima indra, yaitu: penglihatan (visual), pendengaran (auditori), perabaan/perasaan (kinaesthetic), penciuman (oldfactory), dan pengecapan (gustatory) atau disingkat VAKOG. Khususnya pada tiga indera pertama, yaitu visual, auditori, dan kinestetik (VAK), dengan indera inilah jika diibaratkan manusia itu komputer, maka ketiga indera tadi merupakan input device nya sebagai channel masuknya informasi ke dalam prosesor, yang kemudian diolah atau disimpan dalam memori. Manusia pada dasarnya adalah unik, sehingga dengan keunikan tersebut menyebabkan preferensi komunikasi setiap orang berbeda. Ada yang cenderung menggunakan visual, atau auditori, atau kinestetiknya yang lebih dominan. Nah, jika seorang murid memiliki referensi visual, sementara kita menyampaikan informasi cenderung mengandalkan auditori, maka komunikasi kita tidak tersambung atau informasi tidak bisa diserap dengan baik. Bayangkan kalau sebagian besar murid ternyata memiliki referensi visual? maka, informasi yang kita sampaikan menjadi tidak efektif bagi sebagian besar murid. Di sinilah esensialnya mengenal referensi komunikasi murid, yang menentukan gaya menyerap informasi (dalam hal ini berarti gaya belajar) murid. Dalam arti kita harus mengenali dan memahami gaya belajar murid yang beragam (dalam satu kelas) dan menyesuaikan cara penyampaian informasi yang tepat, sehingga setiap murid yang memiliki keunikan gaya belajarnya terlayani secara proporsional.

Komunikasi adalah bagian terpenting dalam kehidupan kita. Komunikasi dapat menyelesaikan banyak masalah penting dalam kehidupan sehari-hari kita. Namun sebaliknya, komunikasi yang tidak efektif, dapat menimbulkan masalah besar. Sebuah keluarga menjadi harmonis karena komunikasi yang berjalan baik antar anggotanya, juga sebuah keluarga bisa menjadi berantakan, karena komunikasi yang buruk antar anggota keluarga tersebut. Komunikasi bisa terjadi antara satu orang dengan satu orang lainnya (single communication), dan antara satu orang dengan banyak orang (public communication). Inti dari komunikasi adalah pesan yang disampaikan, sedangkan nilai sebuah pesan yang efektif adalah respon penerima pesan tersebut, sehingga kalau boleh saya meringkasnya dalam sebuah rumus, maka Ke = f (P X R), dimana Ke=komunikasi efektif;P=pesan yang sampaikan; dan R=respon dari penerima pesan. Jika kita mendapat respon negatif (-), maka komunikasi akan menjadi negatif alias tidak efektif atau gagal. Dalam tulisan ini saya akan mencoba berbagi bagaimana membangun komunikasi efektif dengan menerapkan metode NLP untuk membangkitkan potensi Anda dalam berkomunikasi.

Dari sudut pandang NLP, penyampaian sebuah pesan bisa menjadi berlipat ganda efeknya apabila memanfaatkan tiga dimensi sekaligus, yaitu yang dikenal sebagai tiga V (3V):

1. Verbal: Bagaimana kata perkataan disusun; keruntutan logika dan pemilihan kata.
2. Vocal: Bagaimana mengatakan; intonasi, jeda, volume dan berat suara.
3. Visual: Bagaimana bahasa tubuh si pembicara; ekspresi muka, penggunaan gerakan tangan dan sebagainya.

Ketiganya apabila dipergunakan secara sinergis akan melipatgandakan kekuatan pesan, sedangkan jika tidak sinergis alias saling bertabrakan akan membuat pesan menjadi hilang kekuatan sama sekali. Misalnya, seseorang mengatakan bahwa ia sangat demokratis, terbuka pada ktitik, usul atau perbedaan pendapat. Tapi saat ia mengatakan demikian tangannya terlipat, dengan muka berkerut dan tanpa senyum. Bagaimana responnya? tak satu pun orang akan percaya mengenai apa yang dikatakannya. Tujuan mengemas pesan itu mirip dengan mengemas produk, yaitu bagaimana supaya tampilannya lebih menarik bagi pihak lain yang tengah dipengaruhi. Dari ketiga dimensi di atas (3V) dalam kesempatan ini hanya akan dibahas satu dimensi saja yakni dimensi verbal. Sedangkan kedua dimensi yang lain (Vocal dan Visual) akan saya tulis di kesempatan lain. Komponen penting dalam dimensi verbal ini meliputi teknis mengemas pesan yang disebut sebagai Teknik Framing dan Reframing serta penggunaan Bahasa Sugestif NLP yang berbasis pada Hypnotherapy script. Kita akan membahas teknik Framing dan Reframing terlebih dahulu, sedangkan Bahasa Sugestif NLP akan dibahas terpisah.

Sebenarnya fenomena pengemasan pesan merupakan kejadian sehari-hari. Contoh yang paling banyak melakukan ini adalah para pengiklan, motivator, politisi dan pembicara seminar, atau presenter lainnya. Dengan bantuan NLP ini sekalipun Anda tidak merasa memiliki bakat-bakat seperti mereka, kita akan memodel keunggulan mereka untuk membangkitkan potensi komunikasi Anda. Inilah kekuatan NLP, suatu pendekatan untuk memodel keunggulan orang sehingga bisa diduplikasikan secara sistematis oleh orang lain yang (merasa) tidak memiliki bakat sebelumnya.

DIMENSI VERBAL

Adalah apa yang dikatakan oleh seseorang, dalam komunikasi tertulis bisa dimaknakan sebagai apa yang dituliskan dengan kata-kata. Cukup banyak teknik NLP yang menunjang optimalisasi verbal ini, sejumlah yang akan kita pelajari di sini antara lain:

* Framing dan Reframing (membingkai kalimat)
* Milton Model (penggunaan kalimat sugestif/hipnotik, termasuk di dalamnya cara memoles data statistik)
* Meta Model (penggunaan kalimat klarifikatif).

Dalam artikel ini khusus akan dibahas mengenai teknik Framing dan Reframing, teknik Lainnya, insya Allah akan dibahas di artikel yang lain.

FRAMING

Framing adalah proses dengan sengaja membingkai suatu kalimat agar maknanya sesuai keinginan komunikator (mengeset makna). Misalnya kita hendak menyampaikan suatu berita, secara alami berita itu tidak mengenakkan/tidak memberdayakan, maka kita perlu membingkainya dengan cara mengatakan dari sudut pandang yang lebih mengenakkan hati/memberdayakan. Contoh: Coba kita ingat ketika di zaman Orde Baru, jika pemerintah ingin mengatakan “harga suatu barang naik”, maka mereka mengatakan “harganya disesuaikan”. Kata harga naik, secara otomatis menimbulkan rasa tidak berdaya, kurang senang dan resistensi. Sebaliknya kata disesuaikan lebih bermakna positif karena menuju ke arah yang baik (sesuai).

Jenis Framing

Ada beberapa jenis framing penting yang bisa kita pakai di dalam konteks komunikasi:

* Agreement Frame (AF) Sebuah cara membingkai pesan, diawali dengan cara sebelumnya menggiring kondisi pikiran pihak lain untuk masuk ke pikiran setuju, kemudian baru dibawa ke arah isu yang mau ditiupkan. Dilakukan dengan cara membicarakan suatu topik apa pun yang sudah disepakati secara bersama sebelumnya atau membingkai sesuatu hal dengan kata-kata tertentu yang membuat pihak lain cenderung lebih setuju. Contoh di atas yang dilakukan Orde Baru adalah menggunakan agreement frame, karena kata “disesuaikan” akan memicu rasa setuju, sedangkan harga dinaikkan akan memicu rasa menolak. Contoh lain: “Bertolak pada pemahaman kita bersama bahwa fungsi utama DPRD adalah untuk …….., maka kedatangan kami di sini adalah dalam rangka ….”
* Outcome Frame (OF) Merupakan varian dari agreement frame, pembingkaian dilakukan dengan cara membatasi pembicaraan dalam ruang lingkup hasil yang ingin dicapai bersama. Perbedaannya dengan agreement frame adalah, untuk outcome frame adalah membicarakan hasil yang belum terjadi dan ingin dicapai, sedangkan agreement frame adalah membicarakan tentang topik yang sudah terjadi. Contoh OF: “Tentunya kita sepakat bahwa hari ini kita memiliki tujuan yang sama dalam pertemuan ini, yakni menghasilkan kemaslahatan umat, dengan demikian ….”
* Contrast Frame (CF) Sebuah bingkai pesan yang menggunakan pendekatan ujung-ujung ekstrem suatu permasalahan. Hal yang baik dilawankan dengan keburukannya, sesuatu yang menguntungkan dilawankan dengan kerugian yang mungkin muncul, isu besar dilawankan dengan efeknya yang hanya kecil, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk menunjukkan efek kontras dari sebuah pemikiran/keputusan. Contoh CF yang paling terkenal adalah cost benefit analysis , yang melihat kontras antara keuntungan dan kerugian yang diperoleh jika menyetujui dan jika menolak.
* As If Frame (AIF) Sebuah pembingkaian pesan dengan cara membuat pihak lain dibawa “seolah-olah merasakan dan mengalami sendiri suatu persoalan” sehingga mereka akan bisa berempati dengan suatu isu atau pesan yang disampaikan. Contoh: “Jika Anda sendiri yang menghadapi permasalahan semacam ini, apa yang akan Anda lakukan?” Selain keempat framing populer di atas, kita bisa mengembangkan berbagai frame lain sesuai dengan situasi dan kondisi setempat. Intinya adalah, pengemasan sebuah pesan sehingga memiliki nilai tertentu yang ditambahkan sehingga lebih dari sekedar nilai awalnya. Salah satu framing yang kerap dipakai adalah framing “manusia biasa”, framing ”Bangsa Timur yang berbudaya”, framing “Bhinneka Tunggal Eka” dan lain-lain. Hati-hati dalam memilih framing, jangan sampai menjadi demikian pasaran atau terkesan “basi”. Apapun bentuk framing yang dipakai, pada gilirannya harus membuat pesan tersebut menjadi terlihat, terdengar, dan terasa menguntungkan bagi penerima pesan.

REFRAMING

Saat kita menjumpai suatu hal sudah dimaknakan (oleh lawan bicara) secara merugikan (keberatan yang berbentuk pandangan negatif, kesan tidak berdaya, menyerang, dll), maka kita dapat melakukan framing ulang suatu kalimat. Proses ini yang disebut reframing. Proses reframing adalah secara sengaja membingkai ulang suatu kalimat sehingga memiliki makna yang betul-betul berubah secara dramatis. Dengan demikian dapat dikatakan, reframing dilakukan untuk memberikan makna ulang yang berbeda, dengan tujuan agar:

* Punya perspektif yang berbeda
* Punya pilihan tindakan lain
* Lebih membesarkan hati
* Positif thinking
* Terlepas dari keterikatan makna.

Jadi dalam hal ini, kita menggunakan reframing untuk tujuan Menghadapi Keberatan dari pihak lain saat kita mengedepankan satu pesan penting.

JENIS REFRAMING

Ada dua jenis reframing, yakni:

1. Context Reframing Mengubah kontek suatu peristiwa, sehingga terjadi pergeseran makna.
Kalimat: “Anak saya kok suka ngeyel.”
Reframing: “Nggak apa, pada saat menghadapi penipu, maka kesukaannya ngeyel akan berguna untuk menyelamatkan diri.”

2. Content Reframing Mengubah makna suatu peristiwa secara langsung, ditandai dengan kata “artinya”. •
Kalimat: “Anak saya kok suka ngeyel. ”
Reframing: “Ngeyel artinya kemampuan verbalnya berkembang baik.”


Pada dasarnya setiap orang ingin berubah, menjadi lebih baik, lebih positif, atau lebih sukses dan lebih sukses lagi dari sebelumnya. Proses perubahan tersebut biasanya kita sebut sebagai proses transformasi, menuju pencapaian ‘keinginan’ manusia. Dalam proses transformasi inilah manusia seringkali dihadapkan pada berbagai masalah dan hambatan. Untuk itu banyak cara dan pendekatan, serta pengetahuan yang dilakukan manusia untuk membantunya memecahkan masalah dan hambatan tadi. Nah, yang sangat populer saat ini adalah metode NLP. Berikut akan saya uraikan secara ringkas apa dan bagaimana NLP itu membantu manusia dalam bermetamorfosa.

Apakah NLP Itu ?

NLP atau Neuro Linguistic Programming, merupakan suatu pengetahuan yang relatif baru mengenai “manusia” yang diformulasikan pertamakalinya oleh Richard Bandler (yang saat itu adalah mahasiswa psikologi dari University of California) dan John Grinder (yang saat itu adalah seorang ahli linguistik) pada tahun 1972 sampai 1975. NLP disebut juga sebagai sebuah teknologi berpikir dan berperilaku yang pada mulanya diciptakan dan dikembangkan dengan memodel beberapa psikoterapis terkenal, seperti Milton Erickson dan Virginia Satir, serta Fritz Perls. Di samping itu, NLP juga dipengaruhi oleh seorang Antrolopologis, Gregory Bateson. Hasil karya Bandler-Grinder dituangkan dalam buku-buku awal mereka, seperti ‘The Structure of Magic I dan II’, ‘Frogs Into Princess’, dan ‘Reframing’.

Sekarang NLP telah semakin disempurnakan, bahkan telah menjadi suatu pengetahuan yang sangat dikenal di seluruh dunia. Pada saat ini definisi NLP sudah semakin meluas, di antaranya yang sering dikemukakan mengenai NLP adalah:

* The science of how the brain codes learning and experience.
* The study of the structure of subjective experience.
* An attitude and a methodology that leaves behind a trail of techniques
* A revolutionary approach to human communication and development.
* An accelerated learning strategy for the detection and utilization of patterns in the world.
* A system for describing, restructuring, and transforming a person’s meaning and cognitive understanding of the world they live in.
* A user’s manual for the brain.

Dari uraian di atas, maka dapat dimaknai bahwa NLP adalah salah satu metodologi untuk memahami pikiran manusia.

NLP tidak fokus pada bingkai masalah, tapi pada bingkai solusi. NLP fokus bukan pada kebenaran sebuah konsep, teori, atau belief, tapi pada kegunaannya. Dengan prinsip sederhana inilah, proses transformasi hidup Anda justeru jauh lebih efektif. Setelah mengenal NLP, Anda akan lebih fokus memikirkan bagaimana sesuatu itu berguna untuk membantu Anda mencapai tujuan hidup Anda, dan juga bagi orang lain. NLP sangat menekankan pada outcome atau hasil yang ingin dicapai. Inilah yang menurut Bandler membedakan NLP dengan psikologi terapan konvensional. NLP tidak menghabiskan waktu untuk menggali masalah, latar belakang, penyebab, kenapa, dan lain-lain. Kalaupun harus melihat ke belakang untuk menyelesaikan masalah, NLP hanya tertarik melihat ‘bagaimana’ masalah ini terjadi, lalu fokus pada struktur masalahnya untuk bisa diintervensi.

Pada saat kita ingin fokus pada outcome, kita fokus pada semua sumber daya yang mungkin untuk membantu kita untuk menuju outcome. Pada akhirnya, dalam menuju outcome, NLP juga menganjurkan tingginya fleksibilitas kita, dan memperluas pilihan-pilihan kita.

Program-program NLP

Sejak diperkenalkan pertama kali, NLP telah diajarkan melalui berbagai program pelatihan, di berbagai bidang. Di bidang bisnis, terapi, manajemen, kepemimpinan, komunikasi, dan lain-lain. Berbagai institusi menawarkan berbagai program, termasuk program untuk praktisi berkompetensi khusus melalui program Praktisi bersertifikasi. Selain itu beberapa institusi, juga menawarkan program aplikasi NLP yang bisa di-customized sesuai kebutuhan organisasi.

Peta Perilaku

NLP percaya bahwa setiap orang mempunyai keunikan. Tidak ada yang sama persis. Kita tidak bertindak dan berpikir berdasarkan realita, tetapi hanya berdasarkan pada persepsi kita pada realita. Peta perilaku kita tergantung dari berbagai hal seperti proses filter di pikiran kita. Dimulai dari deletion, distortion, dan generalization, dimana informasi diseleksi sesuai fokus kita, diartikan, dan digeneralisasi. Setelah itu di-filter lagi berdasarkan values kita, beliefs kita, memori kita, strategi kita, dan Meta Program (preferensi perilaku kita – yang oleh banyak orang dipersepsikan sebagai konsep kepribadian). Proses ini yang kemudian menghasilkan Peta Pikiran atau Model Dunia kita secara unik. Dari proses di atas, semua orang berhak merasa dirinya benar menurut Peta Pikirannya. Hal ini dimungkinkan karena semua orang hidup dalam Model Dunia masing-masing.

Presuposisi

Di NLP dikenal apa yang disebut sebagai Presupposition. Pengertian sederhana mengenai ini adalah prinsip atau basic belief (keyakinan dasar). Ini menyangkut kerangka berpikir dan berperilaku. Sesuatu yang kita pergunakan sebagai dasar dari pikiran dan tindakan. Dari tahun ke tahun, presuposisi tersebut terus dikembangkan. Salah satu presuposisi misalnya, ‘The Map is not the territory’ yang berarti bahwa yang kita lihat, dengar, dan rasakan, tidak mewakili keadaan atau realita. ‘There is no failure, only feedback’ misalnya, menekankan pada fleksibilitas sikap untuk menerima apa yang biasanya dianggap sebagai kegagalan, hanya sebagai masukan agar kita mengganti pendekatan kita di kemudian hari.

Tools NLP
NLP disebut juga sebagai teknologi, karena NLP mempunyai berbagai tools yang berguna. Semuanya bertujuan untuk membantu efektifitas kita. Membangun ‘Rapport’ adalah salah satu yang populer untuk berkomunikasi secara efektif. Meta Model yang merupakan tool untuk berkomunikasi secara spesifik. Meta Program untuk memahami pola pikir dan motivasi seseorang. Neurological Level untuk memetakan cara berpikir, termasuk masalah dalam pola pikir dan sikap. Selama bertahun-tahun, berbagai tools NLP telah dikembangkan. Ada ‘Parts Integration’, ‘Fast Phobia Cure’, ‘Anchor’, ‘Perceptual Position’, dan lain-lain. Semuanya bertujuan membantu efektifitas pikiran dan perilaku kita.

NLP dan Hypnotherapy
Telah dijelaskan di atas, pada saat NLP diciptakan, Bandler dan Grinder banyak memodel tiga orang tokoh di bidang ‘perubahan pikiran’ melalui hypnosis, yakni Milton Erickson, Virginia Satir dan Fritz Perls. Akibatnya warna linguistik hypnosis dalam NLP memang kental di beberapa tools NLP, karena pengaruh ini. Walau awalnya diciptakan dengan memodel hypnosis, kini hypnosis justru jauh lebih efektif apabila dilengkapi dengan tools NLP. Keduanya sekarang menjadi kesatuan yang harmonis.

Source = http://caraku-caramu-carakita.com

0 komentar:

Posting Komentar